Archive for Januari 2017

Perbandingan antara Sherlock si perokok berat dan Poirot sang mantan polisi, diantaranya yaitu :
 
Kilas balik pengarang
Sir Arthur Ignatius Conan Doyle (1859-1930) lahir di Edinburgh, Skotlandia. Pernah bersekolah di Universitas Edinburgh dan lulus sebagai dokter. Novel detektif pertamanya yang mendapat sambutan bagus dari masyarakat adalah yang berjudul Penelusuran Benang Merah (A Study in Scarlet) terbit pada tahun 1887, dimana tokoh Sherlock Holmes untuk pertama kali di perkenalkan. Empat Pemburu Harta (The Sign of Four) adalah novel kedua yang di terbitkan pada tahun 1889. Kesuksesan besar di dua novel awal ini dan kemudian di ikuti dengan terbitnya cerita-cerita berikutnya menjadikan Sherlock Holmes dan sahabatnya Watson menjadi tokoh detektif yang paling terkenal di seluruh dunia.

Agatha Mary Clarissa Christie (1890-1976) lahir di Torquay, Inggris. Sekitar perang dunia pertama Christie bekerja di rumah sakit kemudian di farmasi. Novel pertamanya, Misteri di Styles (A Mysterious Affair at Styles), di terbitkan pada tahun 1920. Novel ini memperkenalkan seorang detektif, Hercule Poirot, dan sahabatnya, Kapten Hastings. Novel-novel yang di terbitkan berikutnya secara perlahan mulai terkenal dan booming pada tahun 1926 ketika novel yang berjudul Pembunuhan atas Roger Ackroyd (The Murder of Roger Ackroyd) di terbitkan. Penutur cerita ternyata adalah sang pembunuh sendiri sehingga membuat novel ini cukup unik dan mengejutkan
Sekilas tentang latar belakang Sherlock Holmes dan Hercule Poirot

Sherlock Holmes di ceritakan adalah seorang detektif amatir, eksentrik, menyukai eksperimen kimiawi, pandai bermain violin, perokok berat, dan dalam kondisi tertentu menggunakan obat terlarang dalam dosis yang terkendali, hampir tidak punya teman kecuali sahabatnya Watson. Intelegensinya jauh lebih tinggi dari orang pada umumnya. Dalam level intelegensinya yang tinggi tersebut, Holmes adalah seorang pemikir sejati dan seakan-akan pengolah data dalam komputer, memproses dan menganalisa semua input data yang ada, dan akhirnya mengeluarkan sebuah solusi atas suatu masalah. Hampir tidak penah salah, dan merupakan aktor yang hebat dalam penyamaran. Holmes secara umum mempunyai banyak penggemar sejak pertama kali muncul di cerita dan ketenarannya telah menyebar ke seluruh dunia, bahkan seakan akan dia bukan karakter fiksi.
Hercule Poirot gambarkan juga eksentrik, intelegensinya juga tinggi dan punya sangat sedikit teman, dalam hal ini sahabatnya yang paling dekat adalah kapten Hasting (secara umum bisa di katakan mirip hubungan Holmes dan Watson). Hampir tidak di temukan secara detil kehidupan masa lalunya dalam cerita. Di ketahui dia adalah seorang pensiunan polisi, tapi dia punya metode berbeda dari para polisi pada umumnya. Dia di ceritakan mempunyai kemampuan yang hebat dalam menganalisa masalah dan mengambil kesimpulan, dia mengamati petunjuk dan menguji faktanya, tapi dia lebih mengadalkan investigasinya pada pengetahuannya yang luas terhadap sisi psikologi manusia, dan investigasinya kebanyakan berdasarkan pada wawancara yang panjang dan detail terhadap masing-masing orang yang terkait atau di curigai. 

Sebagaimana yang tegaskan oleh Hercule Poirot sendiri bahwa dia hanya butuh untuk berbicara dengan orang-orang dan mereka akan mengatakan semuanya, meski ada sesuatu yang coba di tutup-tutupi. Penampilannya yang agak lucu membantunya dalam hal-hal tersebut. Orang-orang pada umumnya tidak menganggap Poirot sebagai seorang yang berbahaya, dengan penampilannya sebagai seorang tua yang pendek (tingginya sekitar 160 cm) dengan kepala bulat telur, kumis yang lucu dan bahasa Inggris yang kadang tidak sempurna (karena dia aslinya orang Belgia). Perbedaan yang mecolok antara kondisi fisik dan otaknya yang ternyata sangat pandai menjadi senjata utama yang sangat membantu.
Perbandingan antara Sherlock Holmes dan Hercule Poirot
Awal mula cerita
Sherlock Holmes muncul pertama kali di novel berjudul Penelusuran Benang Merah (A Study in Scarlet) pada tahun 1887. Semua cerita Sherlock Holmes di tuturkan dari sudut pandang sahabatnya Dr. John H. Watson (kecuali cerita dalam kasus berjudul Surai Singa - The Adventure of the Lion's Mane). Di ceritakan Watson baru saja pulang dari perang di Afghanistan dimana dia bekerja sebagai asisten dokter bedah, dan karena terluka dan sakit dia kemudian di kirim pulang ke Inggris. Dia membutuhkan rumah kontrakan yang murah di London. Kemudian bertemu dengan teman lamanya dan meminta tolong terhadap masalahnya tersebut. 

Di sinilah pertama kali dia mendengar nama Sherlock Holmes dari teman lamanya tersebut dan bahwa kalau mau dia bisa mengontrak rumah yang sama dengan Sherlock Holmes. Mereka kemudian bertemu Holmes di rumah sakit dan Watson mendengar ucapan Holmes untuk pertama kalinya yang mendeskripsikan kepribadian dan tujuan hidup dari seorang Sherlock Holmes: “Sudah kutemukan, Sudah kutemukan
Agatha Christie mengatakan dalam biografinya, bahwa ketika dia bekerja sebagai seorang apoteker, dia pertama kali punya pikiran untuk mengarang cerita detektif. Sumber inspirasi utama Christie tidak di ragukan lagi adalah Arthur Conan Doyle dan Shelcok Holmes-nya, walaupun dia membangun karakter detektifnya secara berbeda. Dalam biografinya dia mengatakan: “Saya mempertimbangkan seorang detektif. Tidak seperti Sherlock Holmes tentunya, Saya harus menciptakan detektif saya sendiri, dan dia juga akan memiliki sahabat yang karib dan terpercaya”. Orisinalitas dari detektif baru sangat penting bagi Christie, dan ketika dia melihat sekelompok pengungsi dari Belgia di sekitar tempat tinggalnya, dia berpikiran untuk menciptakan detektif seorang pensiunan polisi Belgia. 

Tokoh ini pertama kali muncul di novel pertama berjudul Misteri di Styles (A Mysterious Affair at Styles), terbit tahun 1920. Narator dari cerita adalah teman Poirot yaitu kapten Hasting (mirip dengan poisisi Watson di Sherlock Holmes). Kapten Hasting juga di ceritakan baru pulang dari medan perang dunia I, hampir tidak punya teman dan kemudian bertemu teman lamanya yang mengajaknya bertamu ke rumahnya di Styles. Hasting setuju dan mengunjungi temannya tersebut. Berkebalikan dengan cerita di Sherlok Holmes, di sini Hasting dan Poirotdi ceritakan sudah saling kenal dan pertemuan mereka menunjukkan bahwa mereka adalah sahabat yang sangat akrab.
Sherlock Holmes di jumpai pertama kali di laboratorium sebuah rumah sakit, tempat riset ilmiah yang mengisyaratkan bentuk sisi kehidupan seorang Sherlock Holmes. Ilmu pengetahuan adalah bagan paling penting dari hidupnya. Pengujian, pembelajaran, dan menemukan fakta adalah aktifitas hidupnya. Dengan kata lain, penelitian dan laboratorium adalah dunianya.
Sementara itu di cerita Hercule Poirot, pertemuan di dekat kantor pos dapat mengisyaratkan bahwa dunia Poiorot adalah tempat umum yang penuh dengan berbagai macam orang, itulah laboratorium dari Poirot, dia mempelajari manusia, menyukai penelitian tentang tingkah laku, pemikiran dan reaksi individu atau manusia. 
Metode masing-masing detektif
Menurut Holmes yang tertulis di novel Penelusuran Benang Merah (A Study in Scarlet), dia adalah detektif konsultan, yang artinya menurut dia mempertimbangkan fakta-fakta yang di berikan oleh klien-nya, yang mungkin perorangan, organisasi, ataupun pemerintah, dan memberikan kesimpulan di tempat kerjanya tersebut. Ketika Watson heran dan mengatakan apakah maksudnya bahwa tanpa meninggalkan ruangan Holmes dapat memecahkan masalah seketika itu juga, sementara orang lain tidak juga dapat memecahkannya padahal mereka melihat semua detail faktanya. Menurut Holmes memang begitu, tapi kadang-kadang dia memang perlu pergi juga jika di rasa ada mata rantai yang hilang dalam teorinya atau kurang meyakinkan dan harus melihat sendiri. 

Holmes ketika mendengarkan klien-nya bercerita tentang fakta-faktanya, maka secepat itu pula interpretasi terhadap kasus itu  muncul. Di sinilah akan ketahuan kalau ada mata rantai yang hilang dari teorinya dan harus di cari sendiri. Kadang-kadang ketika mencari mata rantai yang hilang tersebut terdapat fakta baru yang menguatkan atau malah membentuk teori baru yang lebih akurat. 

Semua itu menurut Holmes selain berasal dari kemampuan otaknya juga berdasarkan puluhan kasus yang pernah di tanganinya, jadi dia sudah punya insting terhadap arah penyelesaian dari kasus-kasus yang akan di tanganinya. Kemampuan dia untuk menemukan fakta yang penting, sementara klien-nya atau orang lain tidak meilhat padahal mengalami atau melihat kejadian, menurut Holmes adalah karena dia menggunakan apa yang di sebutnya “Ilmu deduksi dan analisis” (Science of Deduction and Analysis). Holmes juga menegaskan bahwa dia memang ahlinya dan mengkhususkan diri dalam ilmu deduksi dan analisis ini.
Ilmu deduksi dan analisis yaitu dengan mendengarkan fakta-fakta kemudian memecahkan masalah dari fakta tersebut, sepertinya kelihatan mudah, tapi sebenarnya membutuhkan bakat pangamatan yang jeli dan terlatih, juga pengetahuan yang sangat komprehensif dan akurat. Metoda Holmes dapat di tunjukkan secara umum sebagai pengumpulan data, klasifikasi data dan seleksi mana yang berguna-mana yang tidak, de-kodifikasi data yaitu melihat secara logis dan komprehensif dari semua data yang terkumpul dan yang telah di pilih, penyatuan data dalam suatu rangkaian kejadian yang mungkin, dan menarik kesimpulan akhir.
Metoda Holmes tidak terlalu memasukkan faktor sisi psikologi manusia, meskipun dia juga melakukannya, sebagaimana pernah di katakannya di salah satu kasusnya bahwa dia juga berusaha untuk membayangkan berada di situasi yang sama dengan orang lain, tapi hal ini tidak terlalu menonjol. Tentu saja, wawancara dengan orang yang terkait pasti di lakukan, dan Holmes juga mempunyai kemampuan untuk membaca dan menarik kesimpulan terhadap seseorang (baik dengan saling berbicara maupun hanya melihat) sebagai bagian dari ilmu deduksi dan analisisnya.
Metode Hercule Poirot sendiri bisa di katakan jauh berbeda dari Holmes. Sementara metode Holmes memiliki nama dan dasar teori yang jelas, kita hampir tidak menemukan metoda Poirot secara pasti. Dia di ceritakan bukan orang dengan ilmu dan pengetahuan yang luas dan komprehensif (sebagaimana Holmes yang berlatar saintis dan peneliti). Poirot mengandalkan pada kecerdasan otaknya, dia sering menyebutnya “sel-sel kelabu” (little grey cell), dan instingnya yang terlatih. Dan tentu saja insting adalah sesuatu yang tidak bisa di terangkan maupun di abaikan.
Poirot tidak terlalu menyibukkan diri dalam fakta-fakta fisik, walaupun tetap di masukkan dalam interpretasinya. Deduksinya sendiri terutama berdasarkan pengetahuannya yang dalam tentang psikologi manusia. Dia selalu menguji kepribadian semua orang yang terlibat dan hubungan masing-masing orang. Dia mempunyai kemampuan yang lebih untuk melihat perasaan orang-orang yang di interograsinya apakah pura-pura atau sungguh-sungguh.D an dia juga memilki naluri tajam, intuisi yang sangat kuat yang merupakan hasil dari perjalanan panjangnya bekerja dalam bidang kejahatan.
Bagian utama dari investigasinya merupakan interograsi terhadap orang-orang yang di curigai atau terkait. Dengan kecerdikan dalam memilih kata-kata yang membuat lawan bicara bisa mengugkapkan hal-hal yang perlu di ketahui tanpa di sadarinya, karena merasa tidak sedang di curigai. Tapi kemudian tiba-tiba Poirot melontarkan pertanyaan menjebak sementara si tersangka tidak menyadarinya. Akhirnya, dia bisa mendapatkan informasi yang di butuhkan untuk menyusun kembali kejahatan yang sudah di lakukan.
Poirot juga selalu mempertimbangkan dua hal penting kepada setiap tersangka yaitu motif dan kesempatan. Sebagai seorang yang ahli dalam psikologi dia tahu dengan baik bahwa motif sering berkaitan dengan uang, percintaan, atau balas dendam. Uang biasanya lebih dominan, sehingga pertanyaan pertama adalah siapa yang di untungkan dengan kematian korban, dan selanjutnya adalah apakah si tersangka memilliki kesempatan untuk membunuh.
Ke-khasan masing-masing cerita
Kasus-kasus yang di tangani Holmes bervariasi, seperti pembunuhan maupun percobaan pembunuhan, pemerasan, pencurian, kehilangan, penipuan, penculikan, juga kasus-kasus dimana Holmes harus berjuang demi negaranya. Pelakunya biasanya orang luar, bukan orang yang ada disekitar korban yang dari awal cerita sudah muncul di arena penyelidikan. Kasus Holmes bisa dikatakan sebuah perburuan di ruang terbuka dengan pelaku yang mungkin sudah kabur entah kemana, bukan sebuah kasus yang sudah terkondisi dimana semua orang yang di curigai telah ada di situ dan perang alibi segera bisa di lakukan. 

Holmes harus memulai dari penyelidikan dari tempat kejadian, mengumpulkan informasi dan fakta-fakta, penelusuran jejak terhadap orang yang di curigai, penyamaran dan lain-lain, dan bukan tiba-tiba semua sudah tersaji untuk diolah. Dari awal cerita, alur fakta dan kesimpulan juga di sajikan sebagai sesuatu yang pasti sebagai konsekuensi dari metode deduksi dan analisis, tidak dengan ukuran dari sebuah “feeling” dengan mengatakan “sepertinya ada yang salah”, “aku kurang puas”, atau “aku merasa ada yang ganjil” dan lain sebagainya ketika alur penyelidikan berjalan, yang menyebabkan kemajuan penyelidikan tidak terukur dengan jelas tapi tiba-tiba di akhir cerita semua kebenaran di ceritakan.
Alur cerita pada umumnya di mulai dari permintaan untuk menyelesaikan suatu kasus, bisa lewat pos, telegram atau orang-nya sendiri datang. Fakta-fakta awal di ketahui, pengamatan ke tempat kejadian, wawancara ke orang terkait, kesimpulan awal, melengkapi mata rantai yang hilang untuk mere-konstruksi kasus, akhirnya kesimpulan kasus. Jalan ceritanya penuh energi, terukur dan bersemangat di samping menarik dan tidak membosankan. 

Maju satu demi satu dengan berbagai fakta yang di sajikan, baik fakta fisik maupun fakta interograsi/alibi dari orang-orang terkait. Di mulai dari tempat perkara, mengamati fakta-fakta yang ada dan seringkali menemukan hal-hal yang orang biasa tidak bisa memahaminya sebagai suatu yang terkait dengan kasus. Ketelitian pengamatan dan pengalaman yang banyak di tambah pengetahuan yang luas menjadikan Holmes bisa memilah dan menentukan fakta mana penting dan mana yang tidak atau sekedar tipuan. Setiap teorinya terarah dan bermetode, di sajikan ke pembaca dengan pasti. Pembaca akan setuju pada fakta dan kesimpulan yang di ambil pada akhirnya.
Kasus-kasus dalam cerita Poirot umumnya adalah kasus pembunuhan, dan dari kasus pembunuhan tersebut pada umunya dalam ruang tertutup atau ruang terkondisi. Ada banyak saksi maupun orang-orang terkait yang segera bisa di wawancarai dan di ambil keterangannya, dan biasanya pelakunya di antara orang-orang tersebut juga. Berawal dari kasus yang muncul kemudian wawancara antara Poirot dan orang-orang yang di curigai di mulai. Di sinilah permainan kata-kata, perang alibi dan perang motif terjadi. 

Untuk bisa mengikuti metode “sel-sel kelabu” Hercule Poirot dengan baik, pembaca harus jeli melihat mana pernyataan yang di dukung oleh orang lain (alibi lebih kuat), atau pernyataan yang hanya bersedirian, mana yang kira-kira bohong mana yang tidak, mana yang punya motif paling kuat mana yang sebaliknya, dan juga mana yang paling memilki kesempatan. Pembaca juga harus jeli melihat alur waktu cerita secara akurat. 

Kadang masalah menjadi komplek karena ada dua pembunuhan yang berbeda tapi mungkin terkait atau karena sebenarnya ada beberapa pembunuh atau kelompok pembunuh yang merencanakan pembunuhan, tapi masing-masing tidak saling tahu. Dan ketika pembunuhan terjadi, kebingunan melanda dan masing masing curiga siapa yang sebenarnya membunuh, dari situlah maka pernyataan dan kesaksian masing-masing menjadi komplek dan mungkin saling menutupi. Kunci pemecahan masalah biasanya ada di beberapa percakapan dari banyak percakapan yang memang detail di sajikan. Secara umum sebagian besar fakta yang muncul adalah dari pernyataan dan kesaksian semua yang terlibat. Tentu saja bukti fisik tempat kejadian dan hasil analisa dokter juga menjadi perhatian.
Demikianlah perbandingan secara umum dari cerita detektif fiksi Sherlock holmes dan Hercule Poirot. Masing-masing orang tentunya berbeda-beda, ada yang lebih suka model cerita Sherlok Holmes namun ada juga yang lebih suka model cerita Hercule Poirot. Tentu dengan alasan pribadi masing-masing

Sherlock Holmes VS Hercule Poirot

Posted by : Unknown 0 Comments

- Copyright © Selamat Datang - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -